“Rasulullah saw bersabda : ‘Sesungguhnya aku diutus untuk menyempurnakan keshalihan akhlak’” (HR.Imam Ahmad dari Abu Hurairah.r.a)
Ketika Rasulullah SAW ditanya oleh sahabatnya Nuwwas bin Sam’an mengenai kebajikan dan dosa, Rasul menjawab : “Kebajikan adalah kebaikan budi dan dosa adalah hal-hal yang membekas di dalam hati dan kamu tidak suka jika hal itu diketahui manusia” (HR. Muslim)
Ketika Rasulullah SAW melihat antusiasme dan kerinduan para sahabat akan
surga dan keinginan mereka untuk tinggal berdampingan dengan Rasulullah
disana, Rasul pun memberitahu mereka bahwa jalan untuk
merealisasikannya adalah dengan kebaikan akhlak.
Rasulullah bersabda “Sesungguhnya orang yang paling aku cintai
diantara kalian dan paling dekat tempat tinggalnya denganku di hari
kiamat kelak diantara kalian adalah orang yang paling baik budi
pekertinya. Dan orang yang paling aku benci diantara kalian dan paling
jauh tempat tinggalnya denganku di hari kiamat adalah orang yang banyak
mulut, bermulut usil dan bermulut besar.” (HR.At Tirmidzi dari Jabir bin Abdullah dengan status Hasan)
Allah SWT menginginkan alam semesta Yang Diciptakan-Nya ini makmur dan
berkembang, oleh karena itu Allah mengutus umat manusia sebagai
khalifah-Nya untuk mengatur dan mengolah bumi, serta mendirikan bangunan
interaksi sosial
antarmanusia di atas fondasi-fondasi kebaikan budi. Nabi SAW juga
menyerukan kepada umat manusia “Sesungguhnya orang yang paling baik
diantara kalian adalah orang yang paling baik budi pekertinya diantara
kalian” (HR. Bukhari dari Abdullah bin ‘Amru r.a.)
Pada kesempatan lain, beliau SAW bersabda “Tidak ada sesuatu
yang lebih berat dalam bandul timbangan orang mukmin di hari kiamat
daripada kebaikan budi dan Allah benar-benar membenci orang yang
berperilaku bejat dan amoral” (HR. At-Tirmidzi dengan komentar “Ini adalah hadits Hasan Shahih dari Ummu Abu Ad Darda’ r.a. dari Abu ad-Darda’ r.a.”)
Perintah-perintah Allah SWT. selalu ditujukan secara umum, baik laki-laki maupun perempuan. Allah berfirman “Barangsiapa
yang mengerjakan amal shalih, baik laki-laki maupun perempuan dalam
keadaan beriman maka sesungguhnya akan Kami berikan kepadanya kehidupan
yang baik dan sesungguhnya akan Kami berikan balasan kepada mereka
dengan pahala yang lebih baik dari apa yang telah mereka kerjakan” (Q.S. An-Nahl, 16 : 97)
“Barangsiapa mengerjakan perbuatan jahat maka dia akan dibalas
sebanding dengan kejahatannya itu. Dan barangsiapa yang mengerjakan amal
shalih, baik laki-laki maupun perempuan, sedang ia dalam keadaan
beriman maka mereka akan masuk surga, mereka diberi rizki di dalamnya
tanpa hisab.” (Q.S. Al-Mu’min, 40 : 40)
Untuk mencapai upaya kesuksesan di dunia dan di akherat bagi umat muslim, akan kita letakkan dihadapan mereka stasiun manajemen
diri layaknya stasiun pengisian bahan bakar, sehingga mereka mampu
menempuh perjalanan tanpa hambatan kegagalan karna kekurangan bahan
bakar dan bekal.
Stasiun yang pertama adalah menepati sunah-sunah fitrah dan mencegah
lebih baik daripada mengobati. Pada stasiun ini kita terapkan moto “Muslimah modern harus berfisik bugar agar tidak loyo dalam menempuh perjalanan panjang menuju terminal akhir kesuksesan hidup dan tidak disibukkan dengan perbaikan fisik sehingga menghambat laju dan gerakan”
Selanjutnya kami undang kaum Muslimah di stasiun yang kedua. Di depan stasiun ini terpampang moto“Perhiasan perempuan adalah kebaikan budi”. Kami berharap setelah keluar dari sana Muslimah bisa menjadi perempuan yang berkepribadian kokoh.
Tidak akan jemu untuk kami ulangi ungkapan “Teladanilah sosok ma’shum yang mengikutinya saja sduah berpahala.”
Meski manusia dari belahan barat sampai belahan timur, mengekor dan
mengidolakan tokoh ini dan itu serta mencari-cari prinsip ini dan itu,
sebagai seorang Muslimah kita harus tetap berjalan di belakang Rasul
tercinta.
“Sesungguhnya telah ada pada (diri) Rasulullah itu suri tauladan
yang baik bagimu (yaitu) bagi orang yang mengharap (rahmat) Allah dan
(kedatangan) hari kiamat dan dia banyak menyebut Allah” (Q.S. Al-Ahzab[33] : 21)
Dari Anas r.a., tuturnya “Saya menjadi pelayan Nabi SAW. selama
19 tahun dan selama itu belum pernah sekalipun beliau berkata huss
(mencela) saya, baik terhadap apa yang saya lakukan maupun yang belum
saya kerjakan.” (HR. Al Bukhari)
Kebaikan budi Rasulullah SAW juga tercermin dalam hadits yang diriwayatkan dari Abu Hurairah r.a., tuturnya “Nabi
SAW. tidak pernah mencela makanan satu pun, jika suka beliau akan
memakannya dan jika tidak suka beliau akan meninggalkannya.”
Hal senada juga dituturkan oleh Anas bin Malik r.a. bahwa Nabi SAW.
bukanlah orang yang suka mencela, berkata kotor, mengutuk. Ketika
menegur salah seorang dari kami, beliau hanya menyindir, “Mengapa gerangan keningnya berdebu?”
Sa’ad bin Hisyam bin ‘Amir bertanya kepada Sayyidah A’isyah r.a.
katanya, “Wahai Ummul Mukminin, ceritakanlah kepada saya mengenai akhlak
Nabi SAW.?”
Ia balik bertanya, “Apakah kamu tidak membaca Al-Qur’an?”
Ia jawab “Tentu saja baca.”
Ia pun menukas, “Sesungguhnya akhlak Nabi SAW. adalah Al Qur’an” (HR. Muslim)
Dari A’isyah r.a. tuturnya “Rasulullah SAW. tidak pernah memukul
sesuatupun dengan tangannya, baik istri maupun pembantunya, kecuali saat
jihad di jalan Allah. Beliaupun tidak pernah dilapori sesuatu, kemudian
menghukum pelakunya, kecuali jika ia benar-benar telah melanggar
batas-batas keharaman Allah, maka beliaupun akan menghukumnya demi Allah
SWT.”
Dari Anas bin Malik r.a. tuturnya, “Saya pernah berjalan bersama Nabi
SAW. dan beliau kala itu mengenakan jubah ala Najrani yang berpinggiran
kasar. Tiba-tiba seorang Badui muncul dan langsung menarik jubah
tersebut dengan sentakan yang kasar hingga saya lihat pundak Nabi SAW.
tergores oleh pinggiran jubbah akibat ditarik terlalu kasar.
Si Badui kemudian berkata ‘Berikanlah kepadaku sebagian dari harta Allah
yang engkau miliki.’ (Bukan marah-marah) Beliau malah menoleh kepada
saya sembari tertawa kemudian memerintahkan saya untuk memberinya
sedekah.”
Dari Aisyah, istri Nabi SAW. bahwasanya Rasulullah SAW. bersabda, “Hai
Aisyah, sesungguhnya Allah adalah Sang Mahalembut yang menyukai
kelembutan dan memberikan porsi tertentu pada kelembutan yang tidak
diberikan-Nya pada kekerasan ataupun pada yang lain.”
Nabi SAW.suka menunggang keledai, kemudian berjalan mengiringinya
sembari menyambangi orang-orang miskin, berkumpul dengan orang-orang
fakir, duduk-duduk dengan para sahabatnya, dan berbaur dengan mereka
dimanapun tempatnya.
Beliau selalu ceria, berwatak gampang, lembut; bukan tipe orang yang
kasar, galak, bersuara keras, suka berkata kotor, mencela, ataupun
menyanjung. Jika tidak suka sesuatu beliau akan mengesampingkannya tanpa
mencela dan menjelek-jelekkannya.
Aisyah r.a. pernah ditanya, “Apa yang dilakukan Rasulullah saw.
dirumahnya?” Ia jawab, “Beliau selalu melayani keluarganya dan jika
datang waktu shalat beliau langsung mengambil air wudhu dan keluar
menunaikan shalat.”
Riwayat dari Abdullah bin Harits, tuturnya, “Belum pernah aku lihat
seorang pun yang lebih bayak senyumnya daripada Rasulullah SAW.”
Begitulah Akhlak Rasulullah dan begitulah sebagian teladan yang telah dipaparkan. Adakah orang berakal yang menentangnya sebagai teladan terbaik?
- Akhlak dan Iman
Islam tidak hanya menganjurkan kebaikan budi semata, tetapi juga
menjelaskan bahwa kelemahan moral merupakan indikasi kelemahan iman.
Dari Abu Syuraih, “Nabi SAW bersabda, ‘Demi Allah, ia tidak beriman! Demi Allah, ia tidak beriman! Demi Allah ia tidak beriman!’
Beliaupun ditanya, ‘Siapa yang Anda maksud wahai Rasulullah?’
Beliau menjawab ‘Orang yang tetangganya merasa tidak nyaman dengan ulah bicaranya’”
(HR. Al Bukhari)
Dari Abu Hurairah r.a. tuturnya, “Rasulullah bersabda ‘Barangsiapa yang beriman kepada Allah dan hari akhir, maka janganlah menyakiti tetangganya.
Barangsiapa yang beriman kepada Allah dan hari akhir hendaklah ia menghormati tamunya.
Barangsiapa beriman kepada Allah dan hari akhir maka hendaklah ia berkata baik atau diam saja.’”
(HR. Al Bukhari)
Sudahkah kita tahu bagaimana kebaikan budi Rasulullah SAW? sudahkah kita
tahu posisi sentral akhlak dalam agama kita? Sudahkah kita tahu bahwa
Rasul, Islam, dan risalah Islam sesungguhnya hanyalah imbauan untuk
hidup bermoral, terhormat dan mulia di bawah benderanya?
2. Ia di Neraka
Dari Abu Hurairah r.a. tuturnya “Seorang laki-laki bertanya, ‘Wahai
Rasulullah, si fulanah terkenal banyak shalat, puasa dan shadaqahnya,
hanya saja ia suka menyakiti tetangganya dengan mulut usilnya’
Beliau menjawab, ‘Ia di neraka.’
Ia bertanya lagi ‘Wahai Rasulullah, si fulanah terkenal sedikit
puasanya, shadaqahnya dan shalatnya. Ia suka memberi potongan keju pada
tetangganya dan tidak pernah mengusili mereka dengan mulutnya.’ Beliau
menjawab, ‘Ia di surga.’” (HR. Ahmad)
Dari Ummu Ad-Darda’ dari Abu Ad-Darda’ r.a., Rasulullah SAW dituturkan bersabda “Tidak
ada sesuatupun yang diletakkan di dalam bandul timbangan yang lebih
berat daripada kebaikan budi. Sesungguhnya pemilik akhlak yang baik
melampaui derajat puasa dan shalat.”(HR. At-Tirmidzi)
Dari Aisyah r.a. tuturnya, “Rasulullah SAW. bersabda, ‘Sesungguhnya
orang mukmin yang paling sempurna (keimanannya) adalah orang yang paling
bagus budi pekertinya dan yang paling lembut dengan keluarganya’” (HR. At-Tirmidzi dg status shahih)
3. Perilaku Orang Munafik
Jika ada lima akhlak tercela menyatu dalam diri manusia, maka ia layak disebut munafik.
Dari Abu Hurairah, dari Nabi saw, beliau bersabda, “Tanda orang munafik
ada tiga: jika berbicara ia berbohong, jika berjanji ia mengingkari,
jika diberi kepercayaan ia berkhianat.” (HR. Al Bukhari)
Dari Abdullah bin ‘Amru dituturkan Rasulullah saw bersabda “Ada 4
hal yang jika keempatnya menyatu dalam diri seseorang maka ia disebut
munafik tulen, dan jikahanya ada satu diantaranya maka ia tabiat munafik
sampai ia meninggalkannya. (Keempatnya adalah) Jika berkata ia
berbohong, jika bersumpah ia berdalih, jika berjanji ia mengingkari,
jika berkonflik ia menyalahi.” (HR. Muslim)
Dalam riwayat Muslim yang lainnya ditambahkan, “…meskipun ia puasa, shalat dan mengklaim dirinya Muslim.”
Jadi jumlah sifat-sifat munafik yang terhimpun dalam diri seseorang sbb:
- Jika berbicara ia berbohong,
- Jika berjanji ia mengingkari,
- Jika diberi kepercayaan ia mengkhianati,
- Jika bersumpah ia berdalih seribu alasan,
- Jika berseteru ia menyimpang.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar